Sabtu, 23 Juli 2022

Para Raja Kerajaan Singasari Mulai dari Ken Arok sampai Kertanegara | Sejarah kelas XI

1.     Ken Aroc (1222-1227 M)
Pendiri kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang juga merupakan raja pertama Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Naiknya Ken Aro sebagai raja pertama Sangasari menandai lahirnya dinasti baru, yaitu dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Jirendra (Girendrawangsa). Ken Aro memerintah hanya selama lima tahun (Ko 1222-1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang anak laki-laki Anusabati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok Kegeneng dimakamkan di Gedung Buddha Siwa. 
dua     Anusabat (Ko 1227-1248)
Ketika Ken Arok meninggal, tahta kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusabati. Selama masa pemerintahannya yang panjang, Anusabat tidak banyak melakukan perombakan karena asyik dengan adu ayam. Fakta kematian Ken Arok akhirnya terungkap dan sampai ke Hughoyu (anak Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati suka adu ayam, maka Anusapati mengundang Gedong Jiwa (kediaman Tohjoyo) ke pesta sabung ayam. Saat Anusapati sedang asyik menonton sabung ayam, tiba-tiba Tohjoyo meraih tangan Empu Gandring dan langsung memukul Anusapati. Maka Anusapati dikorbankan di Kandy Kidal dan meninggal.
3.     Tojoyo (Ko 1248)
Atas kematian Anusapati, Tohoyo merebut tahta kerajaan Singasari. Namun, Tohjoyo segera memerintah kerajaan Singasari karena putra Anusapati, Ranggawuni, ingin membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian naik takhta.

Empat.     Rangawuni (Ko 1248-1268)
Rangawuni naik tahta kerajaan Singarsari pada tahun 1248. Sebagai Sri Jaya Wisnuwardana Mahesa Cempaka (putra Mahesa Wongateleng) diberi jabatan Ratu Angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Pemerintahan Ranggawuni membawa kedamaian dan kemakmuran bagi masyarakat Singasari. Pada tahun 1254 M, Wisnowardana menamai putranya Kirtanegara Kyuraja (Raja Muda) dengan maksud untuk mendidiknya menjadi raja besar kerajaan Singhasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardana meninggal dan dipuja sebagai Buddha Amogapasa di candi Jajaghu atau Jago dan sebagai Siwa di candi Waleri.

5.     Kertanegara (Ko 1268-1292)
Kertanegara adalah raja Singasari yang terakhir dan terbesar ketika ia mencoba menyatukan seluruh nusantara. Ia naik tahta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadraja Sri Kertanegara. Selama pemerintahannya ia didukung oleh tiga kekuatan hegemonik, Mahamentri Hino, Mahamentri Halu dan Mahamentri Sirika. Untuk mewujudkan gagasan menyatukan nusantara, ia mengganti pejabat lama dengan yang baru, seperti Patih Raganata, yang menggantikan Patih Aragan. Ia dikenal luas sebagai Bupati Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah memecahkan Jawa, perhatian beralih ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan apa yang dikenal dengan ekspedisi Pamalayu tahun 1275 ke Malaya yang berhasil menguasai Kerajaan Malaya. Hal itu diungkapkannya dengan mengirimkan patung Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara. 
Selain menguasai bahasa Melayu, Singasari juga menaklukkan Pahang, Sunda, Bali, Pakulapura (Kalimantan Barat) dan gurun pasir (Maluku). Dia juga memiliki hubungan persahabatan dengan Raja Kertanegara Champa, berharap untuk mencegah perluasan kekuasaan dinasti Mughal Kubilai Khan. Kubilai Khan menuntut agar raja-raja selatan, termasuk Indonesia, mengakui dia sebagai Tuhan. Kertanegara menolak, melukai wajah utusannya yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara membuat marah Kubilai Khan dan dia berencana untuk menghukumnya dengan mengirim pasukannya ke Jawa. Mengetahui bahwa sebagian besar pasukan Singasari telah dikirim untuk melawan serangan Mughal, Jayakatwang (Kediri) mengambil kesempatan untuk menyerang. Serangan dilakukan dari dua arah, yaitu dari utara oleh pasukan provokatif dan dari selatan oleh pasukan utama.  
Memimpin pasukan Kediri dari selatan, Jayakatwang berhasil memasuki istana dan menemukan Kertanajira sedang berpesta dengan pejabat istana. Kirtanaga dan abdi dalem lainnya tewas dalam serangan itu. Ardharaja berpaling kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan pergi ke Madura untuk mencari perlindungan dan bantuan dari Aria Wiraraja. Dengan bantuan Aria Wiraraja, Raden mengampuni Wijaya dan melayani Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang disebut Tanah Tariq di Jayakatwang untuk ditinggali. Dengan kematian Kertanegara, Jayakatwang mengambil alih kerajaan Singasari. Ini berarti akhir dari kerajaan Singasari. Menurut agamanya, Kertanegara dipuja sebagai Siwa – Buddha (Bairawa) di candi Singasari. Patung yang dipersonifikasikan tersebut dikenal dengan nama Joko Dolog, yang saat ini berada di Taman Simpang, Surabaya.

PERUBAHAN FISIKA

KATA PENGANTAR: Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Ina, Taufiq dan Hinaya yang memungkinkan saya untu...