Aku hanya terdiam stasis bonuses tereta dengan terutuk. I almost looked at him with my eyes, even as his body continued to tremble. Tapi ia teresaya mepupi semua itu dengan terus semiliwe kearahku.
"Kau bisa lebih sentai padaku". Let's start pembicaraan kami.
Terlihat ia mulai menarik panjang dan menghembuskannya halma untuk menabak art. I almost improved possi duduknya, sebelum atinkii ia mulai georta.
---------------------------------
I was able to find a disebuah restaurant di ujung complex apartment itu job. Namun sayangnya, tempat ittu cukup jauh dari rumahku.
Let's fix it. Aku tidak memana banyak teman, bisa iwata aku memang kurang pergaulan selama ini. Temanku Hanya Replyl and Ibuku.
I always take the ITU bus, Nomor bus 9. Selama dolamanyya, aku semua lagu yang mera putar di listening to the radio. I love this song, judul lagu itu adalah Never Say Goodbye and bus yang aku tumpangi selalu mekainan lagu tersebut.
Suddenly, one person dengan rok belah belakang seperti orang kantoran pada gyumtuna memasukki bus eta duduk paling depan. Dari kursi belkang aku terus bensetlerenya. Baru kali ini aku saw this. Namun disana, tak hanya aku yang seperti itu. ITU is beautiful. Matanya even tak lepas dari gerak gerik wanita cantik dengan rambut sebahu itu.
Dihari bekendida semua symptoms seperti hari hari sebelum. Aku dan leki-leki itu masih tak bisa espasal pakadaman kami darya. Namun kali ini laki-laki itu maskar sepucuk rokok ditangannya, atinkii asap mulai menngu wanita itu. Aku tak tahu apakah ia sukung untuk menarik menatananya atau apa. Of course, it should be done.
"Hello Machikan Rokomu." Kata wanita it sambil menengok kebelakang.
I think there is more.
"Do you mean Daddy?"
Aku tak berani ikut campus manela hanya melihat. Lagipula, siapala aku sampai ikut kampus masalah mereka.
"Apa Kau-bodo? Asapmu mengu, disini juga eta anak kecil. Lanjut wanita it sedikti lebih keras seraya nimukah penangan var.
"Bodo? Kaw Lessbutku Bodo?"
"Lanta's apa kata yang tepat untukmu? Tantang wanita it dengan berani.
Aku tak menyangka kalau wanita itu begitu berani pada laki-laki itu. Acuterus looked at the woman it dengan kagum.
Laki-laki itu perez marah tapi ia pendam saat melihat pasangan lain yang matajata tajam kearahnya. Ia merasa dipermalukan dengan sikap konyolnya dan marah pada wanita yan disukakanya itu.
Karena terenu saca sampai-sampai aku tak sadar laki-laki itu menegurku karena terus saja saja namgatanya.
"Ada apa huh? Gertaknya Membutakku Terkey.
Of course, aku repaling dan bahing lurus kedepan sambil merasa nervur. I continue to avoid contact mata dengan laki laki itu, takut ia akan memarahiku lagi.
The bus stopped at ITU Tak Lama didepan complex. Kami Turun and Bus Kembali Melaju. Aku Berdzhalan Perlakhan. I listened to Aluna's phone as I put my jacket in my pocket and she continued to work.
However, I feel like hell is following me. Tanpa menengokpun aku langsung menabaka gelanga lebih cepat.
He heard her voice in Kemudien.
------------------------------------
"Begitulax Yan Aku I am Tahu. Beberaba hari kemidu aku mendenkabar bahwa vanita itu munida dan dimutilasi.
I also smiled thanks to him, Baylax. Terima Kasih in your spare time.
Ia langsung go dengan cepat sambil menenteng tas kecil dan jacket musim dinginnya.
I enter all the files related to the work and leave the ITU room. Didalam hati aku masih so perjaya seriang sekangita bisa mulita dengan begitu kejam.
Dave langsung membuka pintu mobile watch aku symptoms venetak kearahnya.
"Apa benard dia orangna? Tananya sesaat aku baru masuk kelaman mobile
"Sitting in this smoky room. The night is about to end, I'm hanging out with strangers..... apakah itu lirik lagu itu?" Tanyaku returned while searching online.
Dave Tuck Menjawab and Chania Menjalankan Mob Sambil Terus Bertanya Ada Apa.
So lama kemidu aku tuttudu manama lagu dari lirik itu. Aku langsung mijatanya and Dave spontaneously asked.
- Dad, have you ever said goodbye?
"Wow, Dia memang habat." Ujarku dolamah hati saat membaka salah satu saksi pada saat itu.
Below